Home > Pojok Inspirasi Smamplussa
SMA Muhammadiyah (PLUS) Boarding School Salatiga
13 September 2023
--------------------------------------------------------------------------------------
Home > Pojok Inspirasi Smamplussa
SMA Muhammadiyah (PLUS) Boarding School Salatiga
13 September 2023
--------------------------------------------------------------------------------------
Bahasa Jawa menjadi salah satu bahasa daerah dengan penutur terbanyak di Indonesia. Meskipun begitu, beberapa sumber menyebutkan bahwa jumlah penutur bahasa Jawa di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu penyebab kemunduran penutur bahasa Jawa adalah orang Jawa yang tidak lagi menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan dari mereka telah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu.
Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu juga berpengaruh pada kesalahan ejaan atau pengucapan bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, terdapat dua huruf tambahan yaitu {dh} dan {th} yang tentu saja berbeda dengan {d} dan {t}. Keempat hurut tersebut sering terjadi kesalahan dalam penulisan maupun pengucapan. Bahkan, sebagian orang Jawa asli sendiri pun ada yang masih salah dalam mengucapkannya. Bunyi {d} dan {t} disebut dengan “d tipis” dan “t tipis”. Cara pengucapannya adalah dengan sedikit menggigit ujung lidah atau cadel. Sedangkan bunyi {dh} dan {th} disebut dengan “d tebal” dan “t tebal”. Cara pengucapannya adalah dengan menekuk ujung lidah hingga menyentuh langit-langit mulut atau medhok.
Jika kita keliru mengucapkan keempat huruf tersebut, maka bisa saja merubah makna dari sebuah kata. Sebagai contoh, kata wedi yang berarti ‘takut’ berbeda pengucapan dengan kata wedhi yang berarti ‘pasir’. Dalam kata wedi (dibaca wetdi), huruf {d} diucapkan dengan tipis atau cadel. Sedangkan dalam kata wedhi, huruf {dh} diucapkan dengan suara yang tebal dan medhok. Jangan sampai kita mengucapkan, “Ih, aku wedhi!” yang mungkin maksudnya adalah “Ih, aku takut!” namun karena salah pengucapan, maknanya berubah menjadi “Ih, aku pasir!”.
Selain contoh di atas, masih ada beberapa kata yang harus diperhatikan ejaannya. Diantaranya sebagai berikut.
· kudu >< kudhu
kudu (dibaca kutdu) berarti ‘harus’
kudhu berarti ‘nama akar yang digunakan untuk memberi warna merah pada kain’
· pada >< padha
pada (dibaca patda) berarti ‘baris’
padha berarti ‘sama’
· soto >< sotho
soto berarti ‘makanan’
sotho berarti ‘tonjok, jotos’
· tutuk >< thuthuk
tutuk berarti ‘mulut’
thuthuk berarti ‘pukul’
Nah sobat Smamplussa, setelah membaca artikel ini jangan sampai salah ucap lagi yaa! Karena salah satu huruf saja, bisa merubah makna kata tersebut lho.. bahkan bisa berakibat fatal jika kita salah pengucapan. Memang kita harus mengutamakan bahasa Indonesia dan mempelajari bahasa asing, namun jangan lupa kita juga harus melestarikan bahasa daerah sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia.
Endah Repsiana Dewi, S.Pd
Guru Bahasa Jawa
SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga